117. INT. KAMAR RAMANDA // MALAM HARI.
Pemain : Ramanda dan Renata.
Renata masih memeluk Ramanda dengan eratnya. Ramanda hanya diam saja. Dia kembali teringat Diandra.
Dissolve.
Flashback.
118. INT-EXT. KAMAR RAMANDA // MALAM HARI.
Pemain : Ramanda dan Diandra kecil.
Diandra memeluk Ramanda saat mati lampu.
Diandra.
Kakak, Diandra takut.
Ramanda terdiam.
Diandra.
Bunda, Andra takut.
Takut sekali.
Diandra menangis di dalam pelukan Ramanda. Ramanda kemudian menepuk hangat punggung Diandra sambil tetap
memeluknya.
Flashback berakhir.
119. INT. KAMAR RAMANDA // MALAM HARI.
Pemain : Ramanda dan Renata.
Ramanda akan menepuk punggung Renata seperti yang di lakukannya di masa lalu. Tapi niatan itu terhenti. Ramanda kemudian menarik tubuh Renata dari dirinya dan melihatnya dengan serius.
Ramanda.
Semakin kau berada di dekatku.
Semakin membuat aku tersiksa.
Renata terhenyak mendengar perkataan Ramanda yang pelan dan ketus kepadanya. Lampu ruanganpun menyala dengan
cepat. Ramanda dan Renata saling melihat satu sama lain.
Ramanda.
Menghilanglah dari hadapanku.
Aku tidak ingin melihatmu di tempatku melihat.
Pergi… Pergi dan Pergi kau….
Renata masih mencerna perkataan Ramanda. Kasar, Ramanda menarik lengan Renata kemudian mendorongnya keluar dari dalam kamarnya. Renata terjatuh di depan kamar Ramanda.
Renata.
Aduh.
Ramanda.
Ini adalah Batasan diantara kita.
Renata.
Tung…..
Ramanda menutup pintu kamarnya dari dalam dengan sangat keras. Renata menghentikan perkataannya dan terlihat
sangat menyesal.
Renata.
Kau melakukannya lagi rena, Kenapa kau sangat ceroboh sih…
Kau kan ingin meminta maaf.
Insert.
Ramanda di dalam kamarnya terlihat sangat sedih.
(Pengulangan scene Pelukan Diandra dan Renata bersamaan).
Ramanda memukulkan tangannya yang mengepal ke Dinding kamarnya beberapa kali.
Ramanda.
Kenapa saat bersamanya selalu membuatku teringat dengan Diandra.
Kenapa ?!!
Ramanda menitihkan air matanya. Dia bersandar pada dinding kamarnya dan memelorotkan tubuhnya di dinding
kamar hingga terduduk.
Ramanda.
Diandra…..
Ramanda menutupi separuh wajahnya dengan telapak tangannya.
Insert.
Diluar tampak Renata juga duduk bersandar pada dinding kamar Ramanda. Renata juga sama terlihat sedih.
Cut To.
120. ESTABLISH KERAMAIAN KOTA // PAGI HARI.
121. EXT. KEDIAMAN RAMANDA // PAGI HARI.
Pemain : Ramanda, Renata dan Ivandy.
Ramanda tengah berlarian kecil di halaman utama. Dia kemudian menghentikan aktifitasnya setelah dering ponsel mengacaukan suara musik MP3 yang di dengarnya. Dia kemudian menerima panggilan masuk dengan menggunakan Headset.
Ramanda.
Iya….
Ramanda mendengarkan seseorang yang berbicara dengannya dengan serius.
Cut To.
Renata keluar dari dalam rumah Ramanda dengan berjalan. Langkahnya terhenti saat melihat Ramanda berdiri tidak
jauh darinya dengan Pakaian Olahraganya.
Renata.
Aku harus bisa… Bisa dan bisa.. !!
Renata menghela nafas sambil mengepalkan tangan kanannya pertanda semangat. Renata kemudian melangkahkan kakinya mengarah kearah Ramanda.
Cut To.
Ramanda yang tengah mendengarkan seseorang berbicara dengannya membalikkan badannya tanpa sengaja dan
bertatapan dengan Renata yang berjalan kearahnya.
Renata.
Selamat Pagi, Nona…
Renata menyapa Ramanda dengan semangat. Ramanda tidak peduli. Dia melihat sisi lain dari halamannya. Renata
berhasil menjangkau Gerbang rumah Ramanda dengan baik. Setelah Gerbang tertutup, Ramanda melihat kearah Renata
yang tidak lagi terlihat.
Ramanda.
Kemana dia pagi-pagi begini ?
Ramanda terlihat berpikir sejenak.
Allan.
(Voice) Siapa ?
Ramanda.
(Menghela nafas)
Aku sudah gila.
Allan.
(Voice) Apa ?
Ramanda.
Ah sudahlah aku tidak ingin membahasnya.
Ramanda terdengar senewen. Dia mengakhiri pembicaraan dengan Allan sepihak.
Ramanda.
Ini gila, Apa aku khawatir sekarang ?!!
Ah tentu saja tidak mungkin.
Tapi bagaimana jika teman-teman di Kampus mengerjainya lagi.
Ramanda memikirkannya kemudian menggeleng-geleng kesal.
Ramanda.
Membayangkannya saja sulit.
Ramanda Fokus. Fokus.. !!!
Ramanda melangkah pergi.
Cut To.
122. INT. RUMAH HADINATA // PAGI HARI.
Pemain : Reno dan Rendra.
Reno dan Rendra menuruni anak tangga rumahnya dengan Setelan Kampus Elegan yang menonjolkan ketampanannya.
Beberapa Asisten Rumah tangga muda yang melihat mereka menjadi Tidak konsen. Ada yang kemudian mendapatkan
Sentilan dari Pembantu Senior dan Ada yang hampir menjatuhkan Vas bunga mahal.
Reno.
Harga Vas itu lebih mahal dari biaya hidupmu.
PRT Muda.
Maaf Tuan…
Reno dan Rendra menggeleng bersamaan kemudian tersenyum melihat keluguan dari para pembantu rumah tangganya.
Mereka kemudian menuju ke tempat meja makan yang telah tersaji beberapa Sarapan untuk mereka. Mereka kemudian
duduk dan mengambil tempat mereka sendiri.
Rendra.
Apa aktifitasmu hari ini ?
Reno.
Jika tidak ada masalah, Aku akan berkencan dengan beberapa Gadis menengah.
Reno mengambil Selain coklat dari atas meja membuka kaleng dan mengoleskannya keatas Roti dengan berimbang.
Rendra memilih memakan Soup di Pagi hari dengan banyak Sayur dan Ayam. Mereka kemudian berbicara sambil
menikmati makanan.
Rendra.
(Melahap pelan) Sesekali pikirkanlah Perusahaan.
Kau tidak bisa selamanya berkencan kan ?
Reno.
Aku tahu itu.
Aku akan bekerja dan memberikan mereka Fasilitas.
Tapi itu suatu saat kan.
Tidak perlu besok?!!
Rendra.
Ubah Pola pikirmu itu.
Perusahaan lebih penting dari apapun.
Perusahaan menjadi Besar maka Kita bisa menggaji para
pekerja dengan layak.
Reno.
Kau salah, Jika Perusahaan semakin besar maka Jumlah Pajak yang kita tanggung setelah Asuransi pekerja maka
akan sangat besar.
Lagian Kau kan kakakku.
Kau saja yang mengurus perusahaan.
Jika kau sudah bosan baru beri tahu aku.
Rendra.
Kau..!!!
Reno.
Sekarang tugasku hanya menghabiskan uang saja.
(Mengejutkan) Oh ya…
Untungnya di Kampus kita memiliki mainan baru ya.
Jika tidak, Aku bisa Gila memikirkan rencana Presdir itu.
Rendra.
Pendidikan untuk Pewaris.
Reno.
Namanya saja sudah Aneh.
(Terdiam sejenak) Ehm… Aku harus memikirkan rencana apa yah untuk mengganggunya hari ini…
Rendra.
Apa ?!
Reno.
Mengganggu Gadis itu lebih penting dari Urusan perusahaan.
Rendra.
Jangan bermain api.
Kau bisa Jatuh cinta pada Gadis itu nantinya.
Reno.
Kau sumpahi aku.
Enak saja kau bilang.
Yang ada Gadis itu yang akan Jatuh cinta padaku dan
kemudian aku akan membuangnya seperti Para Gadis Gila
harta itu.
Rendra.
Tidak semua Gadis seperti itu.
Dan Yah kita lihat saja.
Pria Playboy dan Gadis Naif, Siapa yang akan menang ?!!
Reno.
Kau kasih aku mobilmu yah jika aku menang.
Rendra.
Oke.
Reno mengulurkan tangannya kearah Rendra yang duduk di depannya. Rendra terdiam sejenak melihat Uluran Tangan
Reno.
Rendra.
Ini benar-benar menggelikan.
Rendra menjabat tangan Reno dengan cepat. Reno kemudian tersenyum.
Cut To.
123. EXT. RUMAH ALLAN // PAGI HARI.
Pemain : Allan.
Allan dengan Setelan membuka Pintu Rumahnya yang terketuk dari Luar. Begitu pintu terbuka tidak ada seorangpun yang
terlihat diluar. Allan kemudian melihat Paket yang ada di depan pintu rumahnya. Sebuah Paket Amplop coklat.
Allan.
Siapa yang mengirim ini ?
Apa Bom isinya ?!!
Allan menghela nafas sejenak.
Allan.
Setiap saat orang akan mati dengan waktunya.
Jadi Mari kita buka….
Allan mengambil Amplop coklat yang ada di bawahnya. Dia kemudian menimbang-nimbang Amplop kemudian membawanya masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu dari dalam.
Allan duduk diatas Sofanya kemudian mengambil Pisau Lipat dari Punggungnya. Dia kemudian menyobek Amplop coklat
dengan menggunakan Pisau Lipatnya secara rinci.
Allan.
Mari kita lihat apa isimu teman…
Allan menarik kertas yang ada di dalam Amplop coklat dengan perlahan. Kedua matanya terlihat serius saat
mendapatkan Artikel kerja sama masa lalu antara Ivandy Rayendra, Mahendra Tama dan Pembunuh Ramanda di masa
lalu.
Allan.
Ini kan….
Allan menggeleng-geleng. Dia kemudian menuju kearah Laptopnya yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Allan
kemudian mengakses Kamera pengawas yang ada di luar rumahnya.
Allan.
Kita lihat siapa yang bermain dengan ini…!!!
Tampak beberapa Tampilan dari Beberapa Kamera Pengawas yang ada di luar rumahnya. Beberapa kali Allan mereview
mundur beberapa kejadian.
Seorang Laki-laki dengan Jumper hitam dan Penutup mulut mendatangi Rumah Allan di malam hari.
Allan.
Kau yag misterius, Beraninya kau mengangguku.
Selidiki dengan kamera pengawas kota dan yang ada di sekitar.
Allan menekan Enter pada Laptopnya. Cepat Laptopnya seperti memproses sesuatu pada Layarnya dan Taraa…
Gambar lain dari Kamera pengawas Mini market menangkapnya. Sebuah Gambar dari seseorang yang keluar
dari dalam mobil Sedan Putih terlihat dengan baik.
Allan.
Akhirnya kau tertangkap kan.!
Gambar yang semula Blur berubah menjadi Jernih. Kedua mata Allan melotot seketika.
Allan.
No way…!!! Detektif Irwan Pambudi.
Si Penguntit Ramanda. Apa yang kau inginkan kali ini?!?.
Allan melihat Foto Detektif Irwan Pambudi yang sangat Jernih dan Jelas. Allan kemudian terlihat berpikir.
Cut To.
124. INT. HALAMAN RUMAH RAMANDA // PAGI HARI.
Pemain : Ramanda dan Asisten Rumah Tangga.
Tampak Ramanda tengah berjalan sambil memakai Headsfree pada telinganya dan tengah berbicara dengan Handoko.
Ramanda.
Baiklah Pak Han, Atur saja bagaimana selanjutnya.
Atur saja sesuai apa yang ayahku inginkan.
Ramanda terlihat tidak senang mendengarkan Handoko berbicara padanya.
PRT.
Nona…
Ramanda mengangguk datar menerima sapaan asistennya yang menyapanya sambil mengulurkan Kunci mobilnya.
Ramanda.
Terimakasih.
Ramanda kemudian membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam mobil.
Ramanda.
Sudah ku bilang aku tidak mau.
Pak Han… Aku itu tidak mengerti bahasa Jepang dan tidak bisa berbicara dengan itu.
Lalu Bagaimana mungkin ayah menyuruhku untuk menjadi Tour Guide Putri Presdir Jepang itu.
Itu Blunder namanya.
Itu tidak masuk akal dan Gila.
Handoko.
(Voice) Kita bisa pikirkan itu nanti nona.
Ramanda.
(Menghela nafas) Pembicaraan ini selesai.
Kau menyebalkan Pak Han.
Ramanda mengambil Headsfree dari telinganya dan membuangnya ke Kursi Penumpang.
Ramanda.
Belajar bahasa jepang memangnya mudah ?
Ngasal aja kalau speak.!
Ramanda menutup pintu mobilnya, memakai Safebelt dan menyalakan mesin mobilnya kemudian pergi meninggalkan
rumahnya.
Cut To.
125. EXT. GERBANG KAMPUS GLOBAL // PAGI HARI.
Pemain : Renata, Reno, Rendra dan Figuran.
Tampak Renata berjalan memasuki Gerbang Kampus dengan senyuman serta helaan nafas panjangnya.
Renata.
(Dalam Hati) Selamat Pagi Kampus Tercinta.
Hari ini aku tidak akan membiarkan mereka membuatku bertemu dengan masalah.
Aku akan menghadapi kalian.
Para Gengster berdasi.
Renata tetap berjalan dengan penuh senyuman.
Cut To.
Sebuah mobil Hitam berjenis Audi terlihat memasuki halaman Gedung dengan cepat. Mobilpun berhenti mendadak.
Suara Rem dan Klakson mobil yang terdengar memancing keingintahuan mahasiswa lainnya.
Cut To.
Seketika Beberapa Mahasiswa berkumpul disekitaran Koridor kampus yang menghadap Halaman Kampus.
Mahasiswa 1.
Gadis itu lagi.
Mahasiswa 2.
Berapa Nyawa Gadis itu sebenarnya.
Mahasiswa 3.
Ayo kita lihat saja, Apa yang akan Reno dan Rendra lakukan kepadanya.
Mereka mengangguk setuju dan mengamati lebih lanjut apa yang akan terjadi.
Cut To.
Renata menutup wajahnya dengan punggung tangannya. Pintu mobilpun terbuka dari dalam, Reno dan Rendra keluar dari
dalam mobil bersamaan kemudian berjalan duduk di Kap mobil mereka sambil melihat Bagaimana Renata ketakutan.
Reno.
Benar kataku kan, Pagi-Pagi begini kita sudah mendapatkan hiburan yang Gratis…
Rendra tersenyum mendengar perkataan Reno. Renata yang menyadari dirinya dalam masalah, mengitip Reno dan Rendra dari Sela Jarinya.
Rendra.
Lalu apa yang akan kau lakukan ?
Reno.
Mungkin sesuatu.
Rendra mengerutkan dahinya mengekspresikan dirinya yang penasaran dengan Rencana Reno. Reno kemudian berjalan
menghampiri Renata dan menyentuh Pundaknya dengan hangat.
Reno.
Bagaimana keadaanmu ?
Kau masih baik-baik saja kan ?
Reno melihat kearah Rendra yang mengawasinya dan Renata bergantian. Renata yang ketakutan kembali melihat Reno
dari Sela Jarinya. Renata mengatur Nafasnya kemudian melepaskan tangannya dari wajahnya. Dia dan Reno berhadapan. Reno seperti biasa memberikan senyum tampannya.
Renata.
Apa kau pikir aku akan tertarik dengan senyum setanmu itu ?!!
Renata melihat Reno serius. Reno tampak terkejut dengan Ekspresi Renata yang tidak menganggap dirinya.
Reno.
Apa ?!!
Renata.
Aku anggap ini adalah Permintaan maaf darimu.
Renata melihat kearah Rendra yang kemudian melepas kacamata hitamnya sambil sedikit memberikan isyarat
sapaan kepada Renata. Reno sendiri masih terpaku. Renata kemudian melangkah pergi meninggalkan Reno dan Rendra.
Rendra.
Sampai kapan kau akan berdiri disana.?
Jangan bilang kau tengah terkejut saat ini.
Reno.
(Tersenyum sinis) Tidak ada dalam Kamus Reno sebuah
Kegagalan.
Reno terlihat marah. Dia kemudian berjalan masuk ke dalam mobilnya. Rendra memakai kacamatanya kemudian menyusul Reno. Mobil merekapun mulai melaju.
Cut To.
126. ESTABLISH GEDUNG GLOBAL GRUP // PAGI HARI.
Tampak beberapa karyawan terlihat memasuki Gedung dengan mengendarai Mobil, Taxi dan kendaraan lainnya.
Cut To.
127. INT. KORIDOR GLOBAL GRUP // PAGI HARI.
Pemain : Ivandy, Handoko dan Staff.
Tampak Ivandy, Handoko dan Beberapa Staffnya berjalan beriringan di koridor Global Grup sambil sesekali
berbicara.
Ivandy.
Apa lagi yang mereka rencanakan ?
Mengadakan Rapat dengan sesuka hati mereka.
Handoko.
Mungkin Pihak direktur menginginkan Posisi untuk menyelamatkan diri mereka nantinya jika Perusahaan berada
di tangan Nona, Presdir.
Ivandy.
Tentu saja itu tidak mungkin dilakukan.
Kekebalan hanya untuk Para Pewaris.
Mereka hanya Dewan Direksi yang ada di bawahku.
Handoko.
Tapi Presdir, Beberapa Saham telah di beli sepihak oleh Mahendra Tama kepada Dewan Direksi lainnya.
Ivandy mengisyaratkan dengan tangannya agar Handoko tidak berbicara lagi. Mereka kemudian terlihat mempercepat
langkah mereka.
Cut To.
128. INT. RUANG RAPAT // PAGI HARI.
Pemain : Ivandy, Handoko, Mahendra Tama, Candra Adiguna
dan Staff terkait.
Tampak Candra Adiguna tengah berdiri di depan Para Dewan Direksi menjelaskan sesuatu.
Candra Adiguna.
Berdasarkan perhitungan statis, Omset ataupun keuntungan dari Global Industri, Global University dan Global Comunication dalam beberapa tahun belakangan selalu turun ke posisi yang tidak mengenakkan untuk sebuah Perusahaan besar yang kita miliki. Jika terus seperti ini dimungkinkan Global Grup akan menutup beberapa sumber
kebocoran yang menyebkan kerugian.
Para Dewan direksi terlihat memikirkan perkataan Candra Adiguna dengan baik. Dari tempatnya, Mahendra Tama tampak
tersenyum karena merasakan dukungan dengan baik.
Rudyantara.
Aku tahu arah Pembicaraan ini akan kemana.
Septian Hadi.
Jika kau memikirkan tentang Penggulingan Predir dengan mengadakan rencana ini, Kau harus mendapatkan Saham dari
Ramanda Rayendra terlebih dahulu.
Septian Hadi melihat kearah Mahendra Tama dengan serius. Mahendra Tama yang semula penuh dengan senyuman sekarang tampak Serius dan menahan kemurkaannya.
Anggoro Pramudya.
Karena Saham Global Grup sudah sepenuhnya menjadi milik dari Ramanda Rayendra. Saya rasa rencana ini tidak akan
pernah berhasil.
Suasana menegangkan terjadi di dalam ruangan. Dewan Direksi lainnya terlihat ikut berdiskusi secara tertutup
dengan kolegannya. Mahendra Tama kembali terlihat murka.
Candra Adiguna.
Maaf… Maaf sebelumnya…
Tolong dengarkan kami.
Beberapa Dewan Direksi langsung menutup mulutnya berganti dengan menyimak apa yang akan dilakukan Candra Adiguna.
Candra Adiguna.
Kami hanya ingin menyelamatkan Perusahaan dari kerugian.
Tidak ada niatan dari kami untuk menguasai Perusahaan.
Dan Pak Anggoro, Pak Anggoro tahu benar rencana kami.
Beliau sudah mendukung sebelumnya.
Anggoro berdiri dari duduknya dan tampak murka. Mereka berganti melihat kearah Anggoro dengan serius.
Anggoro Pramudya.
Dalam bisnis memang diperbolehkan melakukan berbagai cara untuk mengambil simpati.
Dan Iya, Saya memang setuju mendukung rencana kalian.
Mahendra Tama dan Candra Adiguna tersenyum mendengar perkataan Anggoro Pramudya. Beberapa Dewan Direksi lantas kembali berdiskusi dengan rekan kiri dan kanannya.
Anggoro Pramudya.
Tapi kau mungkin lupa satu hal.
Senyum di wajah Mahendra kembali serius. Candra Adiguna juga sama. Dewan Direksi kembali melihat kearah Anggoro Pramudya yang masih berdiri menjelaskan.
Anggoro Pramudya.
Putri IVandy Rayendra sudah kembali.
Dan dia adalah Pemilik sah dari Global Grup.
Kau harus mengambil sahamnya jika kau mau berkuasa disini.
Kau harus membunuh Ivandy Rayendra jika Ramanda mati.
Dan kau akan kehilangan segalanya jika Ivandy dan Ramanda mati.
Mahendra Tama.
Apa maksudmu ?
Anggoro Pramudya.
Aku tahu apa yang ada di dalam kepalamu.
Dan kau harus tahu Jika mereka berdua mati, maka Perusahaan akan Jatuh ke Tangan Para Pekerja. Dan yahDewan direksi akan dibentuk kembali.
Candra Adiguna.
No way, Itu tidak mungkin.
Tidak ada Perusahaan seperti itu.
Rudyantara.
Mungkin kalian melupakan peristiwa penting yang terjadi 7 Tahun yang lalu.
Kehilangan Adiknya yang paling disayangi membuat Ramanda
bersumpah untuk menghancurkan perusahaannya sendiri.
Dan dia telah kembali sekarang.
Baik-baik saja dan telah siap untuk mengendus.
Suasana menegang seketika. Rudyantara saling menatap serius dengan Mahendra tama yang mengepalkan tangannya
diatas meja kerjanya. Rudyantara kemudian tersenyum penuh arti kearah Mahendra Tama.
Frezze.!